Sulit menyebut atau mendefinisikannya. Tapi bolehlah saya menyebutnya
sebagai “BUDAYA BARU” bangsa Indonesia. Baru, karena saya sendiri tidak
pernah tahu apakah zaman dahulu bangsa Indonesia memiliki budaya
seperti saat ini. Simak hal-hal kecil berikut yang saya anggap sebagai
“BUDAYA BARU” bangsa Indonesia.
1. Pernahkah anda naik kereta atau bis kota yang penuh sesak?
Pernahkan anda lihat orang-orang muda duduk dengan santainya sementara
ibu-ibu dan orang tua bergelantungan di dalam bis kota atau kereta?
Sedikit sekali yang mempersilahkan orang tua dan ibu-ibu untuk duduk
menggantikan orang-orang muda ini. Begitu sering dan banyaknya kejadian
seperti ini menunjukkan ini adalah budaya saat ini. EGOISME.
2. Pernahkan anda melihat sepeda-sepeda motor berhenti di lampu merah
tapi tidak di tempat yang sesuai aturan? Mereka berhenti di depan zebra
cross bahkan melebihi lampu lalu lintas itu sendiri, sampai mereka
tidak tahu kalau lampu sudah berwarna hijau. Jawabannya adalah di setiap
lampu merah. Sampai-sampai jika kita ingin berlaku tertib dengan
berhenti pada tempatnya kita akan dimaki pengendara lain. Inipun budaya
saat ini. MELANGGAR ATURAN.
3. Pernahkan anda melihat pengendara
sepeda motor tidak menggunakan helm? Ow, setiap saat. Satu lagi budaya
saat ini. MELANGGAR ATURAN.
4.
Pernahkan anda melihat mobil berplat TNI atau Polisi berkeliaran di mal
pada hari libur? Setiap saat? Saya berasumsi mereka sedang tidak tugas.
Atau pernahkan anda melihat truk TNI sedang mengangkut banyak ibu-ibu
pengajian? Saya juga berasumsi ibu-ibu pengajian tidak sedang dalam
rangka perang. Satu lagi budaya kita saat ini. PENYALAHGUNAAN FASILITAS
HASIL PAJAK RAKYAT.
5. Pernahkan anda berada di fasilitas umum dan menemui laki-laki atau
perempuan bodoh merokok tanpa minta izin dan mengebulkan asap dari
mulut mereka yang kotor ke muka kita? Astaga, setiap hari? Wow. Kasian
sekali anda, bercapek-capek make-up dan merawat wajah dan di luar rumah
dikotori oleh asap dari mulut busuk orang yang tidak kita kenal. Satu
lagi, EGOISME.
6. Pernahkan anda mengendarai mobil dan harus putar balik? Adakah
putar balik yang bebas dari pengangguran yang mengaggap diri mereka
penting dengan mengatur lalu lintas? Ada, sedikit sekali kan? Saya
sering mengumpat (collecting dosa) dengan menyebut mereka sebagai “tidak
penting banget!”. Boleh dong kita sebut sebagai budaya, “MENCARI UANG
DENGAN ‘CARA’ TIDAK HALAL”
7. Pernahkah anda terjebak macet panjang, tetapi ketika mobil anda
berhasil melewati kemacetan, ternyata tidak ada apa-apa, tidak ada
kecelakaan dan lain-lain. Hanya angkot yang berhenti dengan wajah bodoh
dari pengendaranya. “Adha apha adha apa?”, berlagak tidak salah. Fyuh,
everyday kan. Satu lagi budaya kita, “MEMBUAT HARAM PEKERJAAN HALAL” DAN
“EGOISME”
8. Ah, sebenarnya masih banyak (baca: sangat banyak banget!) yang bisa ditulis tentang budaya ini.
Tapi, sebaiknya saya melawan budaya baru ini yang saya anggap sebagai
sebuah tirani, yang akan menghentikan kemajuan bangsa. Bahkan tirani
ini yang akan menghancurkan bangsa Indonesia dengan cepat. Ini adalah
borok. Nah, saya sebagai orang muda mengundang anda yang muda juga (yang
tua biarkan segera mati dengan korupsi mereka). Here, at least hal-hal
kecil yang “HARUS” dilakukan (saya sangat setuju dengan konsep dari Aa
Gym: Mulai dari hal kecil, mulai dari diri sendiri, mulai sekarang!).
Sebagai orang muda, kita harus:
a. Memberikan kursi kita kepada yang lebih membutuhkan. Sangat
logiskan? Kita adalah generasi emas dan harus bersikap luar biasa.
b. Taat peraturan. Mulailah dari hal kecil, misalnya taat aturan lalu
lintas. Berhenti saat lampu merah di lokasi yang semestinya. Jangan
menerabas lampu merah, karena itu tampak bodoh. Pakai helm standar
karena kalau tidak akan kelihatan kumel kayak tukang ojek. Saat malam
hari, lampu motor harus hidup karena kalau mati kayak motor preman yang
SD kelas 3 aja gak naik kelas.
c. Kalau kamu seorang perokok, jangan merokok di tempat umum. Jangan
merokok di depan orang lain.
Sikat gigi setelah merokok. Buang puntung rokok di tempat paling aman
(anggap saja rokok adalah kondom yang kalau ditemukan orang lain di
kotak sampah hanya bikin malu). Jangan membuang abu rokok sembarangan
karena kayak pegawai negeri yang gak ada kerjaan di kantor.
d. Tersenyumlah pada orang lain. Capek kan selalu memaki dan dimaki
pengendara motor atau mobil. Gak ada penyelesaian dari maki memaki.
Coba, setelah maki-memaki terus apa? Ada juga jadi darah tinggi.
e. Jangan mengendarai kendaraan terlalu cepat. Ini menunjukkan style
luar biasa dari generasi muda yang “beda”. Ngebut-ngebutan sekali lagi
mengganggu kenyamanan orang lain, dan itu dosa.
f. Hindari motor 2 tak. Please, suara knalpotnya bikin orang sakit
gigi semakin menderita, membuat anak yang seharusnya belajar jadi tidak
konsen (ini salah satu dosa besar karena siapa tahu anak yang belajar
ini kelak menjadi pemimpin dunia).
g. Parkir kendaraan kamu di tempat yang semestinya. Jangan
sekali-kali parkir kendaraan yang akan mengganggu orang lain nantinya.
Banyak yang berfikir, “parkir sini ah, toh gak ada yang lewat. Ntar
kalau ada yang lewat baru pindahin!” Ini keterlaluan. Bertindak dulu,
berfikir kemudian. Generasi muda macam apa ini. Bagaimana bisa
memutuskan perang, kalau tidak tahu perangnya digunakan untuk tujuan
apa. Bodohnya.
i. Jangan memotong antrian. Antri dong. Ini kan bukan zaman batu.
k. Taruh sendalmu dengan rapi jika ke masjid. Kalau perlu, rapikan
sendal teman-teman dan orang lain di situ. Hal ini menunjukkan kamu
adalah orang hebat.
j. Berbicara dengan sopan kepada orang yang lebih tua. Akrab boleh
saja, tapi pilihkan kata-kata yang sopan. Berbicaralah dengan pantas
kepada orang yang lebih muda dan atau sebaya. Sekali lagi akrab boleh,
tapi tidak kelas bawah.
k. (optional) Jangan memanggil orang lain dengan sebutan “Bos!”.
Misalnya: Gimana, boss!. Uh, kedengaran kelas bawah sekali. Tapi ini
optional lo.
Hmm… rasanya masih banyak yang kurang. Tapi ya, sebegitu banyaknya
budaya baru yang merusak tatanan logis, sehingga hal-hal yang semestinya
dilakukan menjadi tereleminir. Point penting buat generasi kita adalah
“Gunakan otak kita (hipnosislah diri kita) untuk tidak berbuat egois.
Sesuatu yang logis, lakukanlah. Bertindak berbeda dengan budaya saat ini
bukan hal tercela. Jadi generasi yang “benar”. Hal-hal yang dilakukan
komunitas belum tentu benar (buktinya korupsi dilakukan secara
berjamaah, toh itu tetap bukan perbuatan yang membanggakan). Ayo kita
lawan tirani budaya baru Indonesia.
sumber: http://eftianto.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar