Hai Sobers... sudah lama rasanya saya tidak posting lagi, maklum kadang rasa malas datang selalu menghampiri padahal sich tidak punya kesibukan apa-apa hehehe :p
Sudah menjadi kodrat manusia, hidup
penuh dengan pilihan dalam setiap langkah untuk bisa menentukan yang
terbaik bagi dirinya. Bukan untuk saat ini saja, tetapi
kebaikan-kebaikan dimasa datang bagi diri sendiri maupun semua pihak.
Namun, apa jadinya ketika menentukan suatu keputusan di saat kondisi
hati sedang dalam keadaan bimbang.
=>>>>?????
Kebimbangan terasa, dan hidup menyajikan parodi yang apik untukku hanya membuat kecut miris. Pun dengan langkahku yang rasakan
kejenuhan. Aku tersapu pada wajah yang munafik berkali – kali. Usaha
jernih hati dan istiqomah pada azzam yang melekat sekedarnya di jiwa ini
tak mampu bawaku berdiri, yang bahkan untuk sekedar kibarkan bendera
perlawanan. Aku tergerus arah lalu tersapu pada jejak salah.
Awal dari sebuah kepalsuan...
Segenap hati yang riuh, bertabuh kelu...
Tak menunjukkan daya, namun wajah tetap tertawa...
Lelah, lelah saja untuk terus tersenyum...
Lelah saja untuk terus bersandiwara...
Tuhan, cukup Kau yang menjadi saksi pada bimbang ini.....
Pada saat suasana hati sedang
dalam kebimbangan bila dihadapkan dalam suatu pilihan, sebaiknya hal
tersebut tidak dilakukan. Karena dampak dari keputusan tersebut kurang
memiliki dasar keyakinan kuat, sehingga memungkinkan bila keputusan
tersebut tetap direalisasikan maka akan berhenti di tengah jalan,
akibat dari kebimbangan selalu membayangi. Wajar sebagai manusia
memiliki rasa bimbang ketika dihadapkan pada suatu pilihan, tetapi
menjadi tidak wajar kalau kebimbangan selalu menempel erat di setiap
saat.
Dalam menyikapi kebimbangan agar
mendapat pilihan tepat, sebaiknya bukan saja hanya mengandalkan
perasaan hati. Sebab kalau hanya menggunakan perasaan, itu sama saja
hanya menuruti emosi sesaat yang berakhir pada persepsi ambisi semata.
Oleh karena itu, dengan adanya penyeimbangan antara cara pandang mata
hati dan mata otak merupakan langkah bijak dalam menentukan sebuah
pilihan. Dengan demikian rasa bimbang dapat diminimalisir.
Jika kurang mampu dalam
mendapatkan keputusan yang tepat karena kebimbangan selalu menghantui,
maka hal lain bisa dilakukan. Misalnya, berkonsultasi dengan orang yang
sudah pengalaman atau sudah ahli dibidangnya. Ketidaktepatan dalam
menentukan seseorang untuk diajak konsultasi, memungkinkan justru akan
terperosok pada persepsi-persepsi menjerumuskan, tidak jarang penguat
pilihan hanya berlandaskan dari hasil doktrinisasi. Ini merupakan
fakta, sudah banyak terjadi dilingkungan sosial sehari-hari, setelah
itu tidak ada kata lain kecuali ungkapan penyesalan.
Artikel ini ditulis dalam keadaan bimbang dan diambil dari beberapa sumber, yang mudah2an bisa dijadikan solusi dan motivasi atas rasa ini.. thank you :)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar